Salam Maulidur Rasul

Kini bulan Maulid, Rabi'ul Awwal, telah tiba. Semarak peringatan suka cita kelahiran seorang putra Makkah yang mengguncang singgasana penguasa Roma dan memadamkan api sesembahan penguasa Persia akan menggetarkan sanubari para pencinta.

Namanya, "Muhammad SAW" atau "Ahmad SAW", tak akan pernah habis untuk disebut dalam pujian dan sanjungan. Berapa miliar lembaran kertas memuat sejarah kehidupannya yang dicatat oleh sungai-sungai tinta yang seakan tidak ada habisnya.

Seiring dengan mahabbah yang menggelora dalam sanubari, lahirlah tulisan-tulisan pujian dan sanjungan atas Baginda Rasulullah SAW lewat pena para ulama, pewaris beliau, yang termasyhur dengan sebutan "kitab Maulid" atau "risalah Maulid".
Tujuan mereka semata-mata untuk mengabadikan sejarah kehidupan Rasulullah SAW untuk generasi yang akan datang, agar beliau terus dikenal, dicintai, dan diteladani oleh umatnya. Karenanya, karya mereka itu diterima dan diberkahi Allah SWT. Salah satu tanda bahwa suatu amalan diterima oleh Allah, ia kekal di hati masyarakat.

Menurut Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi AI-Maliki dalam kitabnya Hawl al-Ihtifal bi Dzikr al-Mawlid an-Nabawiy asy Syarif, saking banyaknya ulama yang menulis kitab Maulid itu, sulit untuk memerincinya. Dan tidak bisa dikatakan ulama yang satu lebih utama daripada yang lainnya. Pada intinya, kitab-kitab tersebut terlahir dari kecintaan yang mendalam dan penuh keikhlasan para penulisnya.

Di antara kitab-kitab itu adalah Al’Arus, karya Al-Imam Al-Muhaddits AI Hafizh Ibnul Jauzi, At-Tanwir Fi Maulid al-Basyir an-Nadzir, karya Al-Muhaddits Al-Musnid Al-Hafizh Abu Al-Khaththab Umar bin Ali bin Muhammad Ibn Dahyah AI-Kalbi, Urf at-Ta`rif bi al-Maulid AsySyarif, karya Al-Imam Syaikh Al-Qurra' wa Imam Al-Qiraat Al-Hafizh AI-Muhaddits AI-Musnid AI-Jami` Abul-Khair Syamsuddin Muhammad bin Abdullah AI-Juzuri Asy-Syafi'i, AI-Mauridal-Hana, karya Al-Hafizh AI-'Iraqi, Jami` al-Atsar fi Maulid An-Nabiy al-Mukhtar, AI-Lafzh Ar-Raiq fi Maulid Khair al-Khalaiq, dan Maurid ash-Shadiy fi Maulid al-Hadi, ketiganya karya AI-Imam Al-Muhaddits Al-Hafizh Muhammad bin Abi Bakr bin Abdillah AI-Qisi Ad-Dimasyqi Asy-Syafi'i.

Di samping itu, juga ada kitab Maulid ad-Diba'iy, karya AI-Hafizh Wajihuddin Abdur-Rahman bin Ali bin Muhammad Asy-Syaibani Al-Yamani Az-Zabidi Asy-Syafi'i, yang terkenal dengan sebutan "Ibn Diba'iy", `Iqd al-Jauhar fi Maulid an-Nabiy al-Azhar, karya Al-'Allamah Al-Muhaddits AI-Musnid As-Sayyid Ja'far bin Hasan bin Abdul Karim Al-Barzanji, yang karenanya termasyhur dengan sebutan Maulid Al-Barzanji.
Ini baru sebahagian yang termaktub. Masih banyak lagi yang ditulis di masa lalu hingga belakangan, yang lahir dari percikan iman dan kecintaan kepada imam penghulu kebahagiaan dunia dan akhirat, pembawa syafa'at di hari akhirat, Sayyidul Musthafa Muhammad Shallallahu `Alaihi Wasallam.

Anugerah Termulia

Nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada kita adalah nikmat iman dan Islam, yang berarti juga nikmat dijadikan sebagai umat junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Kita juga menyadari, meski begitu berlimpahnya nikmat yang Allah berikan kepada kita, ternyata dosa-dosa kita sangat banyak dan amal shalih kita sangat sedikit.

Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Semestinya rasa takut di hati kita lebih besar dibandingkan harapan yang ada. Mau tak mau kita harus mencari sandaran yang dapat menyelamatkan, dan salah satunya yang terpenting adalah bersandar kepada Pemimpin para Rasul Nabi Muhammad SAW.

Cara terbaiknya adalah dengan banyak membaca shalawat kepada beliau. Terlepas dari keadaan kita, apakah banyak dosa atau tidak, apakah amalnya banyak atau sedikit, tetap saja shalawat sangat penting dan sangat bernilai bagi kita. Mengapa? Karena, selain menunjukkan kecintaan kepada beliau, yang sangat berjasa bagi kita, manfaatnya juga kembali kepada kita, bahkan kitalah sesungguhnya yang lebih mendapatkan keuntungan.

Banyak hadits yang memerintahkan dan mendorong kita untuk bershalawat, bahkan banyak-banyak bershalawat, kepada Nabi SAW. Dalam sebuah hadits dikatakan, "Barang siapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat (menurunkan rahmat) kepadanya sepuluh kali." Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Muslim.

Dalam hadits lain dikatakan, "Di mana pun kalian berada, bershalawatlah kepadaku, karena shalawat kalian pasti sampai kepadaku." Demikian pula dalam hadits yang menyebutkan, "Barang siapa bershalawat kepadaku, niscaya shalawatnya sampai kepadaku dan aku akan bershalawat kepadanya, dan selain itu dituliskan baginya sepuluh kebaikan."

Shalawat kepada Nabi SAW sangat ditekankan di setiap waktu dan lebih ditekankan lagi pada hari dan malam Jum'at. Sebuah hadits menyebutkan, "Perbanyaklah shalawat kalian kepadaku pada hari Jum'at dan malam Jum'at. Maka barang siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali."

Dalam hadits lain dikatakan, "Perbanyaklah shalawat kalian kepadaku pada hari Jum'at, karena shalawat kalian diperlihatkan kepadaku pada setiap hari Jum'at. Maka barang siapa paling banyak shalawatnya kepadaku, berarti paling dekat kedudukannya denganku."

Apakah perintah dan dorongan untuk membaca shalawat hanya terdapat dalam hadits? Tidak, secara tegas ayat Al-Qur'an juga menekankan hal itu. Dalam surah Al-Ahzab ayat 33 Allah SWT berfirman yang artinya, "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
Perhatikanlah, perintah tersebut didahului oleh pernyataan yang tegas bahwa Allah pun hershalawat kepadanya, begitu juga dengan para malaikat-Nya. Tentu makna shalawat Allah berbeda dengan shalawat kita. Terlepas dari hal itu, perintah yang jelas tersebut, yang didahului dengan pernyataan yang tegas itu, pasti mengandung sesuatu yang sangat berarti, dan karenanya harus diperhatikan dengan sungguhsungguh. Pernahkah kita merenungkannya?

Meskipun tampaknya dengan shalawat yang kita ucapkan kita mendoakan Rasulullah SAW, pada hakikatnya kita mendoakan diri sendiri. Selain menandakan kecintaan kepada Rasulullah SAW, dengan bershalawat berarti kita memberikan perhatian terhadap kepentingan kita sendiri.

Secara umum semua shalawat memiliki keutamaan-keutamaan yang besar. Di samping itu, masing-masing shalawat secara khusus memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri. 

Sebagian besar shalawat ini dan keterangannya terdapat di kitab Afdhal ash Shalawat 'ala Sayyid as-Sadat, karya Asy Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani, dan kitab Mafatih as-Sa`adat fi ash-Shalawat 'ala Sayyid as-Sadat, susunan Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah bin `Alwi Al-Attas.

Marilah kita jadikan bulan Maulid ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan kecintaan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang salah satu caranya dengan banyak bershalawat kepada beliau. Selanjutnya kita mantapkan tekad kita untuk menjadikannya sebagai wind sehari-hari, bukan hanya di bulan Maulid, melainkan juga setiap bulan, bahkan setiap hari, demi mendapatkan keuntungan yang tak terhingga banyaknya.

Sebelum kita mengikuti shalawat-shalawat berikut ini, sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu keutamaan shalawat secara umum. Dengan mengetahuinya, diharapkan kita akan lebih termotivasi untuk banyak membaca shalawat setiap hari.

Keutamaan Shalawat

Di antara hal yang paling agung untuk mendapatkan kemudahan dalam hidup adalah selalu memperbanyak shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Hal ini dijelaskan sendiri oleh Nabi SAW, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, ia berkata, "Aku berkata kepada Rasulullah SAW, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak bershalawat, lalu berapa yang harus aku berikan dari shalawatku untukmu?'

Beliau menjawab, `Sekehendak yang engkau inginkan.'
Aku bertanya, 'Seperempat?'
Nabi SAW berkata, 'Sekehendakmu. Bila engkau tambah, niscaya itu lebih baik bagimu.'
Aku bertanya lagi, 'Sepertiga?'
Nabi SAW berkata, 'Sekehendakmu. Bila engkau tambahkan lagi, niscaya itu lebih baik bagimu.' Aku tanyakan lagi, 'Setengah?'
Beliau menjawab, `Sekehendakmu. Bila engkau tambah, niscaya itu lebih baik bagimu.'

Lalu aku berkata, 'Aku peruntukkan shalawatku untukmu seluruhnya.'
Beliau pun bersabda, `Jika demikian, kebutuhanmu akan dipenuhi dan dosamu pun akan dihapuskan'." (HR Ahmad, At-Tirmidzi, dan Al-Hakim serta menshahihkannya).

Bila seorang hamba dipenuhi kebutuhan dunianya oleh Allah SWT, berarti ia telah masuk ke dalam wilayah kelembutan Allah, aman dari semua yang ditakutkan, terpelihara dengan pemeliharaan yang sempurna dari segala petaka, dan berada di dalam kapal keselamatan. Makna semua itu, ia akan terjaga dari semua yang mengakibatkan kesusahan yang berupa kefakiran, utang, pemerasan, kehinaan, sakit, ketakutan, dan sebagainya, yang merupakan rintangan dan malapetaka.

Pada saat itu terjaminlah kebaikan urusan dunianya. Dan bila hal itu dibarengi dengan pengampunan atas dosa, yang merupakan keselamatan dari semua keburukan pada hari Kiamat sampai masuk ke dalam surga dengan selamat, terjamin pula kebaikan urusan akhiratnya. Adakah lagi yang diharapkan oleh seorang hamba di atas itu semua? Semua itu didapatkan dengan keberkahan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW, yaitu kebaikan urusan dunia dan akhirat.

Di antara faidah dan keutamaan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW yang paling utama adalah sebagai berikut:
1. Shalawat dan salam Allah, para malaikat-Nya, dan para rasul-Nya tercurah bagi yang mengucapkannya.
2. Penghapus kesalahan, penyuci amal, dan pengangkat derajat.
3. Penghapus dosa dan permohonan ampunan dari Rasulullah SAW bagi yang mengucapkannya.
4. Dituliskannya timbangan pahala sebesar Gunung Uhud.
5. Dicukupinya kebutuhan dunia dan akhirat bagi yang menghadiahkan semua pahala shalawatnya kepada Rasulullah SAW.
6. Dihapuskannya kesalahan dan mendapatkan keutamaan melebihi keutamaan membebaskan budak.
7. Keselamatan dari berbagai huru-hara, memperoleh kesaksian dan syafa'at Rasulullah SAW pada hari Kiamat.
8. Mendapatkan ridha dan rahmat Allah SWT, aman dari murka-Nya, dan dimasukkan di bawah naungan 'arsy.
9. Memperberat timbangan kebajikan pada hari Kiamat, melintas di telaga Rasulullah SAW, dan selamat dari kehausan pada hari Kiamat.
10. Bebas dari api neraka, menyeberangi shirath (jembatan di atas api neraka) secepat kilat, dan dapat memandang tempat yang dekat dengan surga sebelum wafat.
11. Mendapatkan banyak bidadari dan kedudukan yang mulia di surga.
12. Lebih utama daripada dua puluh mengikuti peperangan di jalan Allah.
13. Dipenuhinya seratus hajat bahkan lebih dari itu pada setiap satu shalawat.
14. Shalawat merupakan ibadah dan sebagai amal yang paling dicintai Allah SWT.
15.Shalawat merupakan tanda bahwa orang yang mengucapkannya tergolong ke dalam golongan ahli sunnah.
16. Para malaikat akan senantiasa bershalawat kepada yang mengucapkannya selama ia bershalawat kepada Nabi SAW.
17.Shalawat sebagai penghias majelis, menghapuskan kefakiran dan kesukaran hidup.
18. Shalawat membangkitkan optimisme.
19. Orang yang memperbanyak shalawat akan bersama Rasulullah SAW di surga.
20. Shalawat sangat memberikan manfaat bagi orang yang mengucapkannya dan anak-anaknya serta siapa pun yang dihadiahi pahalanya.
21. Shalawat akan mendekatkan kepada Allah dan Rasul-Nya.
22. Shalawat akan menjadi cahaya di dalam kubur, pada hari pembangkitan, dan saat menyeberangi shirath.
23. Shalawat dapat memberikan kemenangan ketika menghadapi musuh dan dapat menyucikan hati dari kemunafikan dan watak yang kasar.
24. Shalawat menghadirkan cinta dan kasih sayang di hati orang-orang yang beriman terhadap pelakunya, sehingga tidak akan membenci orang yang memperbanyak shalawat selain orang munafik yang jelas jelas kenifakannya.
25. Shalawat menjadi wasilah untuk berjumpa dengan Nabi SAW dalam tidur dan lebih dari itu dalam keadaan nyata.
26. Shalawat dapat menghindarkan pelakunya dari cercaan dan fitnah dan merupakan amal yang paling utama dan paling besar manfaatnya di dunia dan akhirat serta pahala yang tidak terbatas. Wallahu A’lam.
 

SALAM MAULIDUR RASUL

Copy & Paste : Madinatulilmi.com

meh lah like ^^

No comments:

Post a Comment